Di tengah jalan waktu mau berangkat tadi, saya ketemu sama teman SMA saya. Wiwid namanya. Cowok. Muda. Kuat. Kekar pula. Walaupun wajahnya sudah berubah menjadi lebih berumur, saya masih mengenalinya.
"Wid," panggil saya.
"Lih." ia mengenali saya.
Saya menghentikan motor. Ia menghampiri saya. Kami berbincang. Tanya-jawab perihal kabar. Lebih dari 9 tahun kami tak bersua.
Ia menjelaskan padaku, kalau ia masih sering ketemu sama Ambon dan Obie, teman SMA saya juga. Sejurus kemudian ia bertanya lagi padaku, "Mau ke mana kamu, Lih?"
"Kerja... Lha kamu kerja di mana sekarang?"
"Nganggur..."
"Ah, yang bener?"
Wiwid mengangguk-angguk menyatakan keseriusan ucapannya. Pun, ia menambahkan bahwa Ambon dan Obie juga sama seperti dirinya, masih menganggur.
Setelah tukar-menukar no. telp, yah siapa tahu saya bisa mengajaknya kerja atau sekadar kongkow bareng lagi. Besok-besok..., saya jalan lagi menuju tempat kerja saya.
Di tengah-tengah jalan, di dalam hati saya terpuji rasa syukur tak terhingga bahwa saya kini telah bekerja, walaupun belum semaksimal apa yang saya harapkan.
Dan dari bibir saya tersembul pertanyaan, "What am I a lucky man?"
0 Response to "What am I a Lucky Man?"
Posting Komentar