Pertama, wanita yang bergaul dengan dunia seks.
Kedua, wanita germo.
Ketiga, para lelaki hidung belang.
Keempat, para lelaki baik hati.
Kelima, para lelaki bodoh -- biasanya jadi peran pembantu.
Keenam, wanita cantik yang bersih dari seks.
Ketujuh, pengajaran -- kata-kata yang hampir serupa.
Kedelapan, awalnya membosankan.
Kesembilan, menurutku tidak menarik sampai kau membacanya di tiga perempat akhir.
Sembilan poin inilah yang menjadi penilaianku ketika mengedit dua buku milik Pak Munif ini. Lipstik dan Kupu-kupu Malam. Dan sepertinya, aku kurang menyukainya. Tapi bagaimana dengan pembaca?
Menurut selentingan yang beredar. Dua buku ini selalu dicari waktu pameran. Bagian pemasaran sendiri yang selalu bilang begitu sama aku. Novel ini sendiri sangat jauh dari selera pasar sepertinya. Sepertinya. Karena aku juga kurang begitu memahami dunia pernovelan secara utuh. Berikut segala pernak-pernik pemasaran, dan kenapa suatu novel bisa laku dan menarik buat orang lain.
Bagaimana menurut Anda?
0 Response to "Tentang Dua Novel Pak Munif"
Posting Komentar